Thursday, February 23, 2017

AKU RASA, BERJUANG SENDIRIAN ITU BUKAN MASALAH

Aku, Kamu, dan Cita – Cita
Ini tentang cita – citaku. Namun terselip di dalamnya satu cerita hati.
Ini tentang persahabatan dan berjuang sendiri karenanya.


BAGIAN 1 - KUNJUNGAN


Madinah, 26 Desember
     Udara dingin menyelimuti kota yang menjadi tujuan kedua bagi ummat muslim setelah kota Makkah. Bus yang ku naiki tersengat oleh teriknya matahari, namun tetap teguh membelah setiap inci jalan toll yang kami lewati. Terdengar suara lelaki yang tidak jauh dari tempat dudukku. Dia berkata, “Lihatlah! Di sebelah sana ada Universitas Madinah yang terkenal. Hanya saja, tempat itu dikhususkan untuk mahasiswa sedang mahasiswi berada di Riyadh.” Jelasnya seraya menunjuk ke pinggiran jalan toll. Aku tertegun. Sejenak dalam benakku aku bertanya, ‘bagaimana bila aku bersekolah di sini?’ namun pikiran tersebut hanya sekilas melintas di benakku. Dalam sekejap, aku sudah membuang pikiran tersebut tanpa sadar.

     Tuk tuk tuk, suara langkah kaki ku menghiasi ruangan luas tempat orang bermigrasi. Dia yang sedari tadi ada tepat di belakangku. Dia yang telah menghiasi beberapa hari terakhir ku. Kami tidak berbincang banyak. Sedikit namun sangat berarti bagiku. Sekarang, tujuan kita sama. Pulang ke tanah air tercinta, Indonesia. Rindu akan hangatnya rumah — itu yang kami berdua rasakan.

Tangerang, 2 Januari
     Aku bergegas menuju tempat pengambilan kopor. Dia yang sedari tadi membuntuti ku, kini menghilang. Bukannya mencari keberadaan kopor ku, mataku malah sibuk mencari dimana dirinya berada. Oh, baguslah sekarang aku telah jatuh cinta tanpa sadar. Aku benci perasaan yang tak henti – hentinya mengalir ini. Ah itu dia! Ku lihat punggungnya menjauh dan keluar ruangan. Aku rasa itu adalah pemandangan terakhir yang ku lihat dari dirinya. Berhari – hari setelahnya, aku belum kunjung menemuinya. Namun namanya selalu terselip dalam doa setiap sujudku.


Bersambung

No comments:

Post a Comment